khotbah Topikal: Pemimpin Kristen Yang Berhasil (1 sam. 22:3; Mat. 20:28; 1 Tim 4:12)
KHOTBAH TOPICAL
Teks : 1 samuel
22:3; Mat 20:28;1Tim 4:12
Tema : Pemimpin Kristen yang berhasil
Tujuan : Supaya setiap orang percaya mengetahui arti dari kepemimpinan Kristen serta dapat menerapkan prinsip prinsip kepemimpinan Kristen dan menjadi seorang pemimpin yang berhasil
Pendahuluan
KEPEMIMPINAN
ADALAH PENGARUH, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Orang
hanya dapat memimpin orang lain sejauh ia dapat mempengaruhi mereka. Saudara-saudara mungkin
ada diantara saudara yang mengetahui tentang seseorang yang bernama Lenin, tokoh
yang dikenal sebagai bapak komunisme Uni Soviet. Salah satu dari sekian
tokoh pemimpin bersejarah dunia. Di dalam era kepemimpinannya, Lenin
membangun Uni Soviet menjadi kekuatan yang cukup mengerikan dalam dunia barat.
Mengapa bisa demikian? Karena Lenin adalah seorang pemimpin yang
punya karisma, Lenin mampu mengikat pengikut, menguasai pemikiran dan
menancapkan idealismenya kepada orang lain. Namun, faktanya apa yang ia
lakukan selama era kepemimpinan rezim komunisnya? Saudara, tahu?
Saudara, Lenin punya slogan “agama adalah candu bagi rakyat”, dan dengan itu
menjadi legitimasi baginya untuk menghilangkan agama, ia menekan gereja Kristen
Ortodoks, mematahkan agama Budha dan juga Islam. Selain itu, apa sikapnya
terhadap rakyat? Utopia kaum sosialis-komunis untuk membentuk masyarakat
yang adil tidak dilaksanakan, malahan ia memusnahkan kelas bangsawan, melawan
para petani, lima juta orang mati karena kebijakan ekonominya, dan Lenin sama
sekali tidak peduli.
Saudara, Lalu apa yang terjadi di akhir kehidupan
Lenin? Lenin mati dengan sakit pendarahan otak, dia tidak dapat
melanjutkan lagi kepemimpinannya. Pada akhirnya kepemimpinannya diambil
alih oleh Stalin, dan apa yang dibangun oleh Lenin, toh pada akhirnya runtuh
dan tak berbekas lagi.
Lenin
adalah seorang pemimpin besar, tapi ketika kita melihat tindakannya, saya kira
kita semua sepakat bahwa Lenin bukan pemimpin yang baik, bukan pemimpin yang
berhasil. Lenin adalah seorang pemimin yang gagal. Memang Lenin
bukanlah seorang yang percaya, tetapi melalui garis hidupnya, kita dapat
belajar, untuk berhati-hati di dalam kehidupan kita, agar kita tidak menjadi
seorang pemimpin yang gagal.
Saudara adalah leader. Saya adalah adalah leader. Kita
semua adalah leader, baik itu sebagai pemimpin kelompok-kelompok kecil dan
sepele, sampai kelompok-kelompok besar, yang ribuan orang jumlahnya, kita semua
tetaplah seorang pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri.
Saudara, di dalam keberadaan kita sebagai seorang pemimpin, terlebih sebagai
seorang pemimpin jemaat, sebenarnya kita semua berada di dalam sebuah tendensi,
sebuah bahaya bahwa bisa saja kita menjadi pemimpin yang gagal, apalagi pemimpin
jemaat yang gagal di mata Tuhan.
Kepemimpinan secara secular atau umum berbeda dengan
kepemimpinan yang diterapkan
dalam Alkitab. Ada banyak masalah yang terjadi yang sekarang ini kita lihat
didalam dunia kepemimpinan. Adanya korupsi, pertentangan antara atasan dengan
bawahan, antara pemimpin satu dengan yang lainya. Dan masalah-masalah itu bukan
hanya terjadi di kalangan yang bersifat secular saja, bahkan didalam gerejapun
masih banyak terjadi masalah-masalah kepemimpinan. Misalnya antara gembala
dengan majelis, majelis dengan jemaat, jemaat dengan gembala sehingga membuat
organisasi gereja itu menjadi sebuah gereja yang tidak bertumbuh serta tidak
dewasa. Seharusnya kita sebagai orang-orang Kristen yang sudah percaya dan
diselamatkan oleh Yesus Kristus harus cepat bertindak dan mengantisipasi
masalah-masalah ini bukan malah ikut-ikutan terlibat didalamnya. Kita harus
memberikan dampak atau pengaruh yang baik bagi gereja atau lingkungan dimanapun
kita berada.
Untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil kita harus mengetahui beberepa
prinsip-prinsip yang diajarkan didalam Alkitab.
Kata kunci : prinsip-prinsip
Proposisi: setiap orang
percaya bisa menjadi seorang pemimpin yang
berhasil didalam hidupnya
Kalimat transisi :
Untuk
menjadi pemimpin yang baik dan berhasil, melalui pembacaan Firman Tuhan tadi
kita akan melihat dan mengetahui prinsip-prinsip untuk menjadi seorang pemimpin
Kristen yang berhasil.
1.
Selalu mengandalkan
Tuhan (1 samuel 22:3)
Argumentasi :
Dalam teks kita dikatakan bahwa
daud sedang dalam pelarianya ketika ia sedang ditargetkan untuk dibunuh oleh
Saul. Daud bersembunyi didalam suatu gua yaitu gua Adulam. Dalam gua itu juga
berkumpul beberapa orang yang dikejar oleh tukang piutang mereka, dan beberapa
juga ada yang dalam kesukaran. Di antara mereka Daudlah yang menjadi pemimpin
mereka. Dan pada ayat yang ke 3 disitu merupakan suatu stateman yang luar biasa
dari iman Daud . Daud mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan keluarganya.
Saudara-saudara
yang terkasih didalam Tuhan, terkadang Tuhan mengijinkan sesuatu yang tidak
seharusnya bagi pikiran kita itu terjadi bagi kita. hal yang tidak kita
inginkan terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan sebenarnya
menguji Iman Kita. Tuhan ingin supaya
kita dapat memimpin diri kita untuk mau percaya dan mengandalkan Tuhan dalam
kondisi apapun. Kita harus percaya
bahwa orang yang mengandalkan Tuhan, Tuhan akan merencanakan sesuatu yang indah
dalam hidupnya ( Yer 29:11-13).
Ilustrasi :
Ada seorang guru sekolah minggu
yang sudah melayani kira-kira 10 tahun. pada suatu ketika guru sekolah minggu
ini diperhadapkan dengan suatu persoalan yaitu dia diputus oleh pacarnya.
Sehingga membuat seolah-olah tidak ada lagi kehidupan bagi guru sekolah minggu
ini. Melalui kondisi ini, berpengaruh juga terhadap pelayanannya. Pelayanannya
menjadi tidak efektif karena guru ini tidak lagi focus dalam melaksanakan
pelayananya. Pada suatu ketika saat guru sekolah minggu ini jalan-jalan di
suatu mol, ia di tegur oleh seseorang. Orang itu berkata bahwa apakah guru
tidak mengenal aku lagi. Guru itu menjawab tidak. Lalu anak ini memperkenalkan
dirinya bahwa dia adalah murid dari guru sekolah minggu itu sewaktu 10 tahun
yang lalu. Guru sekolah minggu ini terkejut, karena anak ini terlihat sebagai
orang yang sukses. Anak ini bercerita bahwa dulu ia pernah mengalami suatu
kondisi dimana ia merasa bahwa hidup ini tidak berharga lagi. Tetapi ia ingat
pesan dari guru sekolah minggunya bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan selalu
memperhatikan kita dan mempunyai rencana yang indah bagi orang yang mau percaya
kepadanya. Dan seketika itu juga ia bangkit dari keterpurukanya dan mengubah
pola pikir yang dahulu sehingga ia menjadi orang yang sukses sekarang. Ketika
guru sekolah minggunya itu mendengar cerita itu ia menjadi malu dan meneteskan
air mata. Dan melalui mantan muridnya itu guru sekolah minggu ini pun menyadari
tentang kelakuanya yang keliru.
Aplikasi :
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Tuhan Yesus, mungkin dalam kehidupan ini ada suatu kondisi
dimana kita meragukan kuasa dan tidak mengandalkan Tuhan. Jika ia? Marilah kita
rubah pola pikir itu dan mengandalkan penyertaan Tuhan dalam kehidupan ini. Seorang
pemimpin yang baik, dia akan selalu mengandalkan dan percaya kepada Tuhan
sekalipun itu dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, bukan malah lari dari
kondisi itu dan menyesali apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidupnya.
Kalimat transisi:
Selain mengandalkan Tuhan masih
ada prinsip lain yang dapat kita pelajari yaitu?
II. kepemimpinan yang menghamba (
Mat 20-28)
Argumentasi
Hamba identik dengan sesuatu yang
tidak ada nilainya. Oleh karena itu tidak ada seorang pun
di dunia ini yang berkeinginan untuk menjadi seorang hamba. Hal ini tidak hanya terjadi pada zaman ini. Pada zaman
pelayanan Tuhan Yesus hal ini telah ada.
Murid-murid Tuhan Yesus sendiri memiliki persepsi yang berbeda denganNya masalah kebesaran. Murid-murid itu memikirkan tentang
kebesaran dalam pengertian umum. Tetapi
Tuhan Yesus berkata, “siapa yang mau menjadi yang terbesar diantaramu hendaklah ia menjadi pelayanmu”. Dengan
kata lain, jika seseorang ingin menjadi yang
terbesar, ia harus menjadi hamba dari orang lain.
Dalam ensiklopedi Alkitab Masa Kini
hamba dijelaskan sebagai berikut: “Kata Ibrani ‘eved,
‘budak, hamba pelayan’ artinya seseorang yang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Ia
pekerja yang menjadi milik tuannya. Di
luar Alkitab kata itu berarti budak; hamba yang melayani; bawahan dalam politik; keterangan tentang diri sendiri untuk
menunjukkan kerendahan hati.
Lao-tze, seorang filsuf Cina diabad
ke enam, mengatakan: “seorang pemimpin adalah orang yang melayani”. Mengapa
seorang pemimpin harus menjadi seorang hamba? Karena “Hamba itu tidak egois,
seorang yang mengabdi kepada kesejahteraan dan kebutuhan orang-orang lain.
Seseorang yang tidak terlalu sibuk dengan kehidupan dan kepentingannya sendiri,
melainkan hidup untuk melayani orang lain juga. Karena itu seorang hamba juga
tidak suka menuruti kehendaknya sendiri”. Tuhan Yesus
sebagai pemimpin besar dijamannya juga melakukan hal ini. Dia mengatakan “bukan
kehendakKu, melainkan kehendak Mulah yang tejadi”. Tuhan Yesus tidak pernah
mengatakan kepada murid-muridNya, “kalian harus memenuhi segala keperluan dan
kebutuhan-kebutuhanKu dan layanilah Aku”. Melainkan, “Aku datang untuk melayani
dan memberikan nyawaKu menjadi tebusan bagi banyak orang”(Markus10: 45). Seorang
hamba juga tidak sombong, melainkan rendah hati. Karena itu seorang hamba tidak
mudah sakit hati atau marah. Seorang hamba tidak mempunyai pendapat yang tinggi
tentang dirinya. Atau menjadi marah ketika ia tidak dikenali orang (Roma 12:3;
Kolose 3:22-24). Bahkan seorang hamba tidak suka menuntut atau meminta
persamaan hak. Seorang hamba sejati itu “miskin” dalam arti tidak suka menuntut
hak-haknya, atau menuntut bahwa ia layak menerima lebih banyak dari itu, lebih
baik dari itu ataupun persamaan. Seorang hamba adalah seorang apa adanya. Ia
tidak merasa perlu untuk mempertahankan nama baik. Ia tidak mempunyai roh
persaingan. Ia berusaha untuk menguatkan dan mendorong saudara-saudara
seimannya dimana pun ia berada, namun tetap merasa puas untuk tetap tinggal
“dibalakang layar”. Hamba rela mengerjakan pekerjaan yang melebihi tugasnya dan
tetap tidak mengharapkan suatu ucapan terima kasih, atau suatu tepukan
punggung”.
Ilustrasi:, si A berkata “ gereja ini
tidak akan jadi kalau bukan karna ada aku didalamnya”. Apa akibatnya jika
system “aku” ini sudah ada dalam jemaat?yah tentu akan terjadi suatu masalah.
Pasti Si A ini menganggap rendah orang-orang yang lain dan seenaknya bertindak
dengan sesuka hatinya dan apa yang ia mau harus terlaksana.
Aplikasi:
saudara yang terkasih, mungkin dalam kehidupan kita salah mengartikan
tentang kepemimpinan ini, tetapi ingatlah tentang ajaran Yesus kristus yang
datang bukan untuk dilayani tetapi melayani.
Kalimat transisi:
Setelah kita belajar dari dua prinsip kepemimpinan Kristen yang berhasil
yaitu mengandalkan Tuhan dan hati sebagai hamba, namun dalam pembacaan kita
masih ada prinsip lain yaitu:
III. pemimpin merupakan contoh dan teladan ( 1 Tim 4 12)
Argumentasi:
Dalam teks bagaimana Rasul
Paulus mengarjarkan kepada Timotius yaitu seorang yang masih muda kira-kira
umurnya pada saat itu 35 tahun namun harus menjadi teladan bagi semua orang.
Ini merupakan salah satu syarat yang paling penting untuk seorang
pemimpin gereja. Kata Yunani yang diterjemahkan "teladan" adalah
_tupos_ yang berarti "model", "gambar", "ideal"
atau "pola". Seorang gembala sidang, terutama, harus menjadi contoh
dalam kesetiaan, kekudusan, dan ketekunan dalam kesalehan. Jabatan penilik
hanya boleh diisi oleh mereka yang dari halnya gereja dapat mengatakan,
"Orang ini telah menjalankan hidup saleh yang layak dicontoh". Latar Belakang surat Inilah surat
terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha untuk
menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis
terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai
seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan
sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah
berakhir dan kematiannya sudah dekat.
Tujuannya Karena mengetahui
bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena menyadari akan
kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-guru palsu di
dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil,
memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan
tugas-tugasnya.
Pemimpin
harus jadi Teladan dan Contoh. Seorang pemimpin gereja wajib menjadi teladan
atau contoh (Ibrani 13:7, I Timotius 1:16, 4:12, I Petrus 5:3). Banyak pemimpin
adalah ahli – dan seharusnya demikian. Juga banyak yang pandai bicara – dan itu
juga satu talenta yang baik. Namun, lebih penting, bahwa ia dapat menjadi contoh
dalam semua hal yang diajarkannya. Pemimpin dalam Alkitab adalah seorang yang
berjalan di depan dan domba-domba mengikut dari belakang.
Ilustrasi:
Dalam
perang modern dewasa ini, para jenderal memegang komando dari markas komando,
menentukan strategi, sasaran serangan, Namun tidak lagi berada di medan tempur
barisan depan. Dalam strategi Tuhan, pemimpin harus berada di barisan depan.
Memberi komando dan diikuti anak buah. Ia menjadi sasaran terdepan dari musuh.
Ingatlah disamping harus menjadi teladan dalam unsur-unsur Illahi seperti iman
dan kasih, dalam soal moral : kekudusan pernikahan. Tak kalah pentingnya soal
karakter : tingkah laku, sopan-santun, tidak angkuh, dlsb. Dalam hal integritas
yakni moral kejujuran, pengabdian. Dan kredibilitas : dapat dipercaya, teguh
dalam prinsip. Di samping semua itu, pemimpin juga disorot kehidupan
pribadinya, perkawinannya, rumah tangganya, anak-anaknya, dll. Sebagai pemimpin
teladan, kita menjadi panutan yang transparan. Anggota melihat kita,
memperhatikan kita dan mencontoh kita. Seorang pemimpin ialah pengatur, yang
berarti berdiri di hadapan memimpin, mengatur, mengarahkan dengan praktek.
Aplikasi:
Oleh karena itu saudara-saudara kita harus ingat betapa pentingnya menjadi
seorang pemimpin yang menjadi contoh atau teladan.
KESIMPULAN/PENERAPAN:
Melalui kebenaran firman Tuhan
yang telah kita pelajari hari ini,kita diingatkan tentang 3 prinsip seorang
pemimpin yang berhasil yaitu: mengandalkan Tuhan, pemimpin yang menghamba, dan
pemimpin merupakan contoh dan teladan. Dan dari Firman Tuhan ini juga kita
dapat belajar mengenai perbeedaan prinsip kepemimpinan bersifat secular dengan
kepemimpinan Kristen yang berhasil.
PENGAJAKAN: Oleh karena itu
marilah kita dapat terapkan prinsip-prinsip kepemimpinan ini dalam kehidupan
kita sehingga kita dapat menjadi seorang pemimpin yang berhasil dalam hidup
kita dan biarlah nama Tuhan yang dipuji dan dipermuliakan dari dalamnya.
Komentar
Posting Komentar